Beberapa besar kecelakaan kerja dan near miss yang menerpa manusia ditempat kerja dikarenakan oleh aspek tingkah laku dari manusia tersebut. Oleh karena itu aspek tingkah laku jadi banyak sorotan paling utama dari setiap gosip K3 ditempat kerja. Oleh karenanya program-program yang diaplikasikan untuk tingkatkan performa K3 juga mesti menyentuh aspek tingkah laku yang setelah itu kerap dimaksud dengan Keselamatan Berbasiskan Tingkah laku atau dalam Bhs Inggris di kenal dengan Behavior Based Safety (BBS). Kita mengetahui banyak program-program seperti kampanye BBS, observasi BBS, dan program-program yang lain yang umumnya berbau kampanye, commentary, dan observasi yang terkait dengan tingkah laku pekerja. Tingkah laku yang disebut di sini terkait dengan tingkah laku manusia saat bekerja atau ada di ruang kerja yang begitu banyak bersinggungan dengan alat-alat kerja, benda kerja, kendaraan kerja, langkah/prosedur kerja, dsb. Apakah itu tingkah laku? Menurut Geller (2001), tingkah laku merujuk pada perilaku atau aksi individu yang bisa dilihat oleh orang lain. Dengan kata lain, tingkah laku yaitu apa yang seorang katakan atau kerjakan yang disebut hasil dari fikirannya, perasaannya, atau diyakininya. Tingkah laku manusia menurut Dolores dan Johnson (2005 dalam Anggraini, 2011) yaitu beberapa kumpulan tingkah laku yang dipunyai oleh manusia dan di pengaruhi oleh kebiasaan, sikap, emosi, nilai, norma, kekuasaan, persuasi, dan atau genetika. Skinner, merumuskan kalau tingkah laku adalah hasil jalinan pada perangsang (stimulus) dan respon dan tanggapan. Oleh karena tingkah laku ini berlangsung lewat sistem ada stimulus pada organisme, dan lalu organisme itu merespon, maka teori Skinner ini dimaksud dengan teori “S-O-R” atau “Stimulus-Organisme-Respons”. Aspek penentu tingkah laku terdiri atas 2 bagian yaitu aspek internal, yakni ciri-ciriistik orang yang berkaitan yang berbentuk bawaan dan berperan untuk memproses rangsangan dari luar, umpamanya tingkat pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi, motivasi, jenis kelamin, dsb dan aspek eksternal, mencakup sekitar lingkungan, baik fisik ataupun non-fisik, seperti iklim, manusia, sosial, budaya, ekonomi, politik, kebudayaan dsb. Aspek lingkungan ini kerap adalah aspek yang menguasai memberi warna tingkah laku seorang. Dari bebrapa pengertian diatas bisa diliat kalau tingkah laku terkait dengan aspek internal seperti fikiran dan emosi dan kebiasaan atau budaya, oleh karena itu ada arti safety culture. Diluar itu dapat juga diliat kalau satu diantara aspek internal yaitu pengetahuan begitu punya pengaruh pada tingkah laku manusia, karenanya ada program safety awareness untuk tingkatkan kesadaran dan pengetahuan manusia tentang keselamatan. Diluar itu bisa diliat kalau tingkah laku terkait dengan aspek eksternal dan stimulus, oleh karenanya program-program yang bisa memberi stimulus pada perllaku pekerja seperti kampanye, observasi, bahkan juga reward dan punishment itu memanglah mesti diaplikasikan. Jika beberapa besar kecelakaan kerja karena sebab aspek tingkah laku apakah ini bermakna kita mesti semakin banyak mengutamakan program K3 pada aspek tingkah laku dari pada aspek design tempat/system kerja? Aspek tingkah laku memanglah penting bahkan juga begitu sangat penting. Tetapi bukanlah bermakna kita tak perlu konsentrasi ke design tempat kerja dan tehnologi atau segi engineering untuk safety saat bekerja. Mungkin saja kita malah mesti konsentrasi di segi tehnologi atau engineering ini, kenapa? Karena tehnologi sedikit banyak bisa “menutupi” aspek tingkah laku manusia dan butuh diingat kalau ada banyak sekali kekeliruan yang disebabkan tingkah laku manusia dalam system termasuk juga system kerja. Aplikasi tehnologi yang melibatkan tingkah laku manusia (human behavior) termasuk human factors mesti diaplikasikan untuk kurangi kekeliruan yang dikarenakan oleh aspek tingkah laku. Karena seperti yang sudah dijelaskan diatas, tingkah laku terkecuali ditetapkan dari aspek eksternal juga ditetapkan dari aspek internal yang telah menempel pada diri manusia itu. Aspek-faktor internal umumnya berbentuk ciri-ciriistik atau kemampuan seperti kognisi, kecerdasan, persepsi, jenis kelamin yang bisa menyebabkan tingkah laku manusia yg tidak dikehendaki saat design lingkungan kerja melebihi kemampuan manusia itu. Sebagai contoh penambahan design dan tehnologi pada pesawat luar angkasa dan pada kendaraan sudah sangat banyak kurangi insiden yang dikarenakan oleh human error salah nya ialah karena tehnologi bisa jadi barrier dan bisa menukar sebagian peran dan pekerjaan manusia yang di rasa punya potensi melebihi kemampuan manusia seperti pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan kecermatan tinggi atau pekerjaan yang berkali-kali atau pekerjaan yang begitu dekat dengan sumber bahaya kerja dsb. Dengan design ini kekeliruan akibat tingkah laku manusia bisa dihindari atau dibatasi dampaknya. Design yang kita maksudkan di sini pastinya mesti merujuk pada hierarki kontrol yaitu eliminasi, substitusi, engineering control, administrative control, dan alat pelindung diri (sepatu safety, fest safety, helm safety, sarung tangan, kaca mata). Apakah program-program dengan tujuan BBS itu efisien? Sebagian orang memiliki pendapat kalau untuk mengampanyekan BBS lebih efisien lewat meeting informal maupun beberapa percakapan enteng dari pada meeting resmi atau acara kampanye atau workshop resmi. Apakah Anda sepakat dan mempunyai pengalaman sama? Memanglah sistem sosialisasi BBS itu begitu menantang karena hal semacam ini begitu terkait dengan budaya disiplin dan di orang-orang negara kita masihlah cukup “baru” dengan safety culture ini dan disadari atau tak disadari budaya disiplin di negara kita juga masihlah butuh banyak perbaikan. Tetapi janganlah cemas, pergantian budaya dan tingkah laku bisa berlangsung lewat sistem evaluasi dan penambahan awareness. Sistem evaluasi itu berlangsung dengan baik apabila sistem evaluasi itu membuahkan pergantian tingkah laku yang relatif permanen. Kesimpulannya, tingkah laku manusia begitu berperan dalam performa K3 ditempat kerja. Karenanya program untuk tingkatkan Keselamatan Berbasiskan Tingkah laku (Behavior Based Safety) yang efisien mesti diaplikasikan sebagai satu diantara usaha untuk tingkatkan performa K3 ditempat kerja.
0 Comments
Leave a Reply. |
AuthorBlogger yang mengelola blog ini adalah Nisfa Anjani. |